News & Research

Reader

Greenback Berkibar Terkatrol Prospek Suku Bunga, Depresiasi Yen Berlanjut
Thursday, May 09, 2024       06:16 WIB

Ipotnews - Dolar melesat, Rabu, karena investor berspekulasi bahwa ekonomi Amerika Serikat akan lebih baik dibandingkan negara lain, dan menguat untuk hari ketiga terhadap yen Jepang, membuat investor tetap waspada terhadap risiko intervensi dari Tokyo.
Di Eropa, crown Swedia berada di bawah tekanan setelah bank sentral negara itu memangkas suku bunga dan mengatakan pihaknya memperkirakan dua pemotongan lagi tahun ini, sementara poundsterling terjebak di wilayah negatif menjelang pertemuan Bank of England, Kamis.
Pergerakan crown tersebut merupakan pengingat bahwa dolar kemungkinan akan tetap kuat selama bank sentral lain memangkas suku bunga sebelum Federal Reserve.
Yen tetap menjadi perhatian utama trader mata uang karena pejabat Jepang mengeluarkan peringatan yang lebih keras mengenai dampak lemahnya mata uang itu terhadap perekonomian.
"Carry trade masih sangat menarik dan pasar masih lebih cenderung melakukan 'buy the dip' pada dolar/yen," kata Vassili Serebriakov, analis UBS di New York.
"Saya tidak berpikir pasar mengabaikan risiko intervensi, tetapi...kecuali ada perubahan signifikan dalam prospek ekonomi AS, kami tidak berpikir akan ada perubahan signifikan dalam set-up pasar valas juga," Serebriakov menambahkan.
Analis mengatakan intervensi apa pun dari Tokyo hanya akan memberikan kelonggaran sementara bagi yen, mengingat kesenjangan besar antara suku bunga di Amerika dan Jepang.
Trader meyakini otoritas Jepang menghabiskan sekitar USD60 miliar minggu lalu untuk menopang yen setelah mencapai titik terlemahnya dalam 34 tahun terhadap dolar di kisaran 160 yen.
Terakhir, dolar menguat 0,59% terhadap yen menjadi 155,6, rebound dari level terendah pekan lalu di 151,86.
Langkah The Fed
Investor fokus pada kecepatan dan waktu penurunan suku bunga the Fed. Data terbaru yang menunjukkan penciptaan lapangan kerja Amerika lebih lemah dari perkiraan, ditambah dengan bias pelonggaran dari bank sentral AS, memperkuat ekspektasi bahwa suku bunga kemungkinan akan lebih rendah pada akhir tahun.
Indeks Dolar (Indeks DXY), ukuran greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama, terakhir naik 0,11% menjadi 105,54, di atas level terendah satu bulan, minggu lalu. Euro melemah 0,08% menjadi USD1,0745. Sterling turun 0,1% jadi USD1,2492.
Sementara itu, bank sentral di Eropa sudah mulai memangkas suku bunga. Swiss National Bank melakukan pemangkasan pada Maret sebelum keputusan Riksbank Swedia, Rabu.
Bank Sentral Eropa (ECB) mengisyaratkan niatnya untuk melakukan pemotongan pada Juni, dengan asumsi data menunjukkan arah yang benar, dan BoE secara bertahap memperlancar proses menuju pemangkasan pertamanya.
"Apa yang kita lihat adalah pergerakan bank sentral di Eropa dalam beberapa bulan ke depan, baik itu pada Juni atau tidak, atau Agustus. Kita memiliki peluang hampir 50% bahwa the Fed akan melakukan pemotongan pada September, tetapi saya pikir itu mungkin salah satu yang bisa didorong," kata Direktur Riset XTB Kathleen Brooks.
"Untuk saat ini, dan khususnya hari ini, fokusnya adalah Eropa melakukan pemotongan terlebih dahulu dan kita melihat penguatan pada dolar."
Meski trader memperhitungkan ekspektasi penurunan suku bunga the Fed pada September, langkah tersebut juga akan bergantung pada apakah inflasi terus menurun hingga mendekati target bank sentral sebesar 2%.
"Saya pikir akan sulit untuk bersikap lebih dovish dalam hal ekspektasi the Fed dalam jangka pendek dan itulah mengapa bias untuk membeli dolar masih akan ada," kata Serebriakov.
Presiden Fed Boston Susan Collins mengatakan bahwa penetapan kebijakan moneter saat ini akan memperlambat perekonomian dengan cara yang dia yakini diperlukan untuk mengembalikan inflasi ke target. (ef)

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM